Awalnya pengen golput. Abstain. Diam. Pengen bobo-bobo cantik sampai siang dan ngadem di rumah aja karena libur. Hanya saja secara tiba-tiba, seperti dapat ilham, keinginan untuk ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi tahun ini muncul.
Jadi galau, mau pilih yang mana? Aku tentunya ingin memilih sosok yang bisa membawa Indonesia lebih maju, lebih berbudaya, kayak Jepang gitu, dan yang lebih mementingkan kepentingan rakyat daripada kepentingan diri sendiri… hehehe…
Ada yang bilang golput bukan solusi, tapi dia tetap menyarankan untuk golput karena katanya tidak bijaksana memilih orang yang belum kita kenal baik luar-dalam. Untuk itu, saya pun memutuskan untuk mencari tahu kandidat-kandidat yang cukup potensial dan punya track record yang cukup bersih.
Sayangnya, dalam sistem demokrasi, suara dari orang yang betul-betul menganalisa dan mempelajari calon-calon wakilnya di pemerintahan sana dengan suara dari orang yang dibayar untuk memilih orang tertentu sama-sama bernilai satu. Karena alasan itu, aku tidak mau suaraku sia-sia. Mama, Dewi, dan Nunu aku ajak bicara untuk tidak memilih golput, sampai mereka betul-betul terhasut. Hahahaha
Dan karena ini adalah pengalaman pertama Nunu mengikuti pemilu, ia jadi canggung, keki, salah tingkah, mirip orang yang mau kencan pertama. Ketika namanya ditanya, dia cuman melongo. Ketika sampai di bilik suara, ia ketawa cengengesan, bahkan mengintip di bilik suara Dewi dan bertanya yang aneh-aneh, bahkan cara coblosnya juga aneh, panitia sudah menyediakan busa sebagai tatakan untuk mencoblos dan dia dengan bangganya mengangkat kertas suaranya lalu menusuknya dengan paku yang sudah disediakan.
Aku, Mama, dan Dewi ketawa ngakak pas dengar dia cerita tentang pengalaman pertamanya mencoblos. Dia bilang dia syok. Oke, adik bungsuku itu memang terkadang drama queen.
Ya sutralah, harapan saya, semoga niat suci wakil rakyat yang terpilih tidak goyah ketika menduduki kursinya. Aamiin…
“Kezhaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tapi karena diamnya orang baik.” – Ali bin Abi Thalib