Sabtu, 28 Januari 2012

Little Thing 'bout Ayah

Diposting oleh Suci Mine di Sabtu, Januari 28, 2012

gambar dari sini

Walaupun hari ini bukan hari Ayah, tapi aku ingin menceritakan sedikit tentang Ayahku. Seorang kepala keluarga di dalam keluargaku yang kecil, sederhana, tapi heboh.
Ayahku seorang polisi, badannya tinggi dan besar, tidak terlalu gemuk karena Ayah sering olahraga bulu tangkis. Di antara hidung dan bibirnya, ada sederet kumis hitam tebal yang melengkung ke bawah, sangat sangar kalau di lihat, aku pun gemetaran kalau berhadapan dengan ayahku.
Kalau aku pikir-pikir, hal yang membuatku tidak ingin menikahi pria dengan pekerjaan sebagai polisi itu adalah ayahku. Aku menghindarinya. Polisi, TNI, Satpam, atau apapun yang sejenis, aku tidak mau.
Aku paham resiko apa yang harus dihadapi jika menikahi pria polisi. Ugh…
Aku tidak terlalu akrab dengan ayahku. Aku canggung jika harus berbicara dengannya. Aku merasa, lidahku kelu dan kemampuan berbahasaku tumpul jika berhadapan dengannya.
Aku tidak membenci ayahku. Tidak sama sekali. Aku hanya merasa tidak cocok dengannya, itu saja.
Ayah selalu marah-marah, hal sekecil apapun, dia marahi. Pernah suatu hari, ayah mencari barang –aku lupa apa-, dia berkata, “Itu semua kalian, tidak pernah simpan barang di tempatnya. Dibiarkan saja. Kalau tidak ada, baru mencari semua!” Dengan intonasi yang tinggi. Kami sekeluarga langsung bergegas mencari barang tersebut. Kami semua. Tanpa terkecuali.
Ya, kami semua takut sama ayah.
Aku pernah punya pengalaman kurang mengenakkan yang membuatku memang tidak bisa dekat dengan ayah. Aku masih SD waktu itu. tapi kenangan itu masih membekas sampai sekarang.
Ya, mungkin karena didikan ayah yang keras di Akpol sana yang membuat karakternya seperti ini.
Tapi kalau aku mengingat saat-saat dimana ayah yang mencuci semua pakaian kotor yang menumpuk selama seminggu tanpa mengeluh, karena kami anak-anak perempuannya sakit dan dilarang melakukan kegiatan yang membuat kesehatan kami menurun, aku kagum.
Mama pernah cerita. Sewaktu kami masih kecil, Mama yang bertugas mencuci semua pakaian, sedangkan ayah yang menjemurnya. Semua tetangga, terutama ibu-ibunya yang doyan gosip, kagum melihat ayah yang menjemur pakaian-pakaian itu. Karena menurut ibu-ibu itu, laki-laki hanya bertugas mencari nafkah, tapi ayahku juga membantu pekerjaan rumah tangga ibuku sehingga mereka menyebutnya suami yang baik.
Ya, ayah memang baik. Terlepas dari sikap marah-marahnya yang kelewatan. Dikit-dikit marah. Dikit ajah marah. Marah melulu. Hehehehe
Kadang-kadang, kalau waktunya makan malam, justru ayah yang memasak sedangkan mama hanya nonton sinetron favoritnya di tv. Ayah lebih pintar masak daripada mama. Dan masakannya benar-benar enak.
Dan kalau kami, anak-anaknya rajin, entah membersihkan rumah, mencuci pakaian, memasak dan pekerjaan rumah lainnya, ayah pasti memberi kami uang jajan tambahan. Hihihihi… ayah tidak segan-segan mengeluarkan selembaran seratus ribuannya untuk kami.
Di kompleks rumahku, ada beberapa polisi yang terlibat masalah. Ada karena narkoba, korupsi, dan sebagainya.
Ayah selalu bilang, “Bohong itu tidak baik. Lebih baik berkata jujur walaupun itu berita buruk. Dan jangan korupsi, karena itu masalah hukum terberat.”
Ya, ia tidak pernah berniat sedikitpun untuk menilap uang sepeserpun, walaupun terkadang keluarga kami harus hutang di bank untuk membayar uang kuliahku dan dan sekolah adik-adikku. Walaupun terkadang mama menggadaikan kalung emasnya di pegadaian. Walaupun terkadang Mama tidak pernah membeli baju baru untuk lebaran hanya untuk memenuhi kebutuhan keempat anaknya yang rewel minta dibelikan BB. Hehehehe…
Kata mama, sewaktu aku kecil, ayah sering mengajakku ke kantornya. Aku dengan tas ransel imut yang berisi baju-baju kecil di dalamnya digandeng ayah menaiki tangga kantornya yang tinggi. Aku ingat, aku pernah kecapekan naik dan turun tangga mengikuti langkah ayah yang besar-besar. 

"Kamu juga biasa dititipin sama Polwan kalau Ayah lagi tugas," kata Mama lagi.  
"Jadi, polwan itu mau jaga aku, Mam?" Tanyaku.
"Ya iyalah, tidak ada yang bisa menolak ayahmu." Jawab Mama.

Ya, itu sedikit tentang ayahku. Aku tidak membencinya. Aku menyayanginya. Hanya saja, aku tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengannya. Mungkin karena kami sama-sama pendiam. Well, Nunu, adikku yang lebih cerewet, yang lebih akrab dengan ayah.
Aku sedikit belajar darinya, setidaknya, akhir-akhir ini aku sering bicara dengan ayah. Tidak seperti dulu, bahkan seharian kami tidak saling ngobrol.

Hhh… bikin ngiri aja Nunu itu.

15 komentar:

SoleildeLamer mengatakan...

hm komen apa ya... *mikir*

Dunia Feby Andriawan mengatakan...

Ayah itu biar gimanapun ortu kita. Kita harus menghormatinya. :)

octarezka mengatakan...

aku jg dlu sama, gak dket sm ayah,beliau jg ska marah, tp aku brusaha buat deket, skrang beliau dah bs d ajak curhat.seru dh.hehe

Urang kampoeng mengatakan...

Hmmmm....kalo aku malah sama kaka, mungkin karena jarak umur yg jauh dan jarang ketemu juga jadi komunikasipun jarang. Hanya pada hal2 penting saja terjadi komunikasi.

rusydi mengatakan...

banyak pekerjaan dengan resikonya, tapi ayah harus tetep jalani demi keluarga. dan sukurnya saya hari ini gak pernah ngerasa satpam, linmas pas pemilu pernah, hahaha

zasachi mengatakan...

hehehe.. maaf neh, tp kbnyakn org2 sprti polisi,TNI or militer lainnya emang kaku gt bawaannya.. yaah mdh2an km bs mengatasi kekakuan itu seperti adikmu yg bs santai ngobrol ma bokap...

slm kenal ya..

NinjaDiary mengatakan...

kata orang kalau orang marah itu tanda sayang kak hehe

Suci Mine mengatakan...

@ ALL : iya, ini aku masih mencoba pdkt sama ayah... masalahnya, aku tuh sama ayah, sama-sama kaku... hihihi... mungkin krn aku anak pertama kali ya, jadi aura polisi masih terasa... hehehe

BagiBagiBlog mengatakan...

Weeh.. Ayahnya Kereen euy.. Polisi gitu loh!!!
Hweheheee...
Hmm... kalo gitu masalahnya siy wajar kok, Ayas aja juga merasa gimanaaa gitu kalo ma Mama, kalo Papa sy Akrab Banget!!
Yach.. walopun begitu Orang Tua Kita mesti tetep Kita sayangi, meski dgn cara yg berbeda, cara Kita sendiri menyayangi Mereka dg sepenuh hati!!
Hweheheee...

Tjuandha mengatakan...

Salam, baca paragraf pertama tulisan ini, saya langsung tau apa isinya. Ayah saya seorang prajurit TNI juga masalahnya.

Sepertinya mereka diciptakan dengan template yang sama. 'TEGAS,KAKU,DINGIN' tapi didalamnya penuh kelembutan.

Sampai sekarang saya tidak bisa tahan kalau telepon dengan ayah. Ibarat mengisi kuisioner, jawabnnya cuma benar salah , atau iya tidak.

Emang sih Sewaktu kecil saya dibina sangat keras, nonton nggak boleh lebih jam 10, belajar, tidur siang, dan harus mau dicukur beliau tiap bulan. Walau sejak kelas 2 SMP saya memberontak tidak mau dicukur beliau lagi, abis modelnya kalau bukan botak yah mandarin (pita'-pita').
mungkin itu knapa saya tidak terlalu bebas dengan ayah.

Sekarang saya mengerti betapa banyak hal yang beliau ajarkan dari sikap diam dan kadang-kadang tempramen itu. Saya belajar mandiri sejak kecil, karena saya tidak tau mau bergantung siapa. Secara tidak langsung dia mengajarkan itu.

Sekarang saya banyak tahu kenapa sikap dan psikologinya seperti itu. Pengalaman di medan tempur memberikan pengalaman pahit , seperti kehilangan teman, perasaan diancam, tertekan, takut, depersi dan sebagainya merupakan keadaan traumatik bagi beliau.

Dia menjadikan rumahnya sebagai tempat peristitrahatan dan markas untuk menyusun rencana. Bukan berarti karena markas, dia bisa merasa aman. Teror musuh akan datang kapan saja dalam kondisi apapun.
Get my poin?

Mungkin ini yang terjadi di rumah saya. Ayah saya terlalu berhati-hati dan siap siaga terhadap ancaman yang mengganggu keluarga kami. Walaupun saya dekat sama ibu,selalu ada kebanggan yang besar saya untuk Ayahanda yang berjuang mencari nafkah!

Thanks yah tulisannya

Suci Mine mengatakan...

@ tjuandha : aku posting juga loh diakhir-akhir ttg kelebihan ayahku daripada ayah-ayah tetangga rumahku...hihihi...

Suci Mine mengatakan...

@ bagibagiblog :ya, aku memiliki cara sendiri untuk menyayangi kedua orang tuaku... ssssttt, di keluargaku cman aku loh yang pernah juara 1 umum di SMA, dan orang tuaku bangga... hihihi

Vita Ayu Kusuma Dewi mengatakan...

bagaimanapun kondisi ayah kita, apapun yang terjadi padanya ia tetap ayah kita...dan selamanya akan tetap menjadi ayah, he is hero for family :)

Della mengatakan...

Subhanallah, ayahnya Suci begitu jujur ya. Udah jarang orang yang begitu, baik yang profesinya polisi ataupun bukan :)
Terus pedekate ya Suci, berjuang!!! ^O^

geje mengatakan...

benar kata orang..
jadi ayah itu ribet..
tegas dibilang galak
melindungi dikirira posesip

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Me and Mine Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea