Kau tahu apa yang terjadi padaku setelah kita mengikuti pelatihan daerah di Sidrap, AR?
Aku gila. Kau yang membuatku gila.
Sebenarnya, keseluruhan pelatihan daerah itu sangat menyenangkan. Kita diberi pengalaman mengajar siswa-siswa di SMk 1 Sidrap. Mereka memiliki sifat yang beragam, ada yang banyak tanya sampai aku bingung sendiri gimana jawabnya, ada yang terlalu aktif menekan tombol delete berkali-kali, bahkan ada siswa yang mesti disuruh berulang kali hanya untuk menyentuh mouse.
Well, ya, mereka sangat antusias karena kedatangan kita. Bahkan ada beberapa siswa sempat naksir dengan cowok-cowok seangkatanku di UKM kampus. Bahkan ada yang berusaha mencari nomor hapemu, AR. Mungkin kau sudah pernah membaca SMS genit mereka.
Aku? Mungkin karena aku pendiam dan terkesan jutek kali ya, makanya jarang di antara siswa tersebut mengajakku berbicara. Mereka tidak tahu seberapa ramah diriku sebenarnya. Hehehe
Gimana aku harus belajar makan apapun yang telah disediakan panitia konsumsi tanpa harus banyak mengeluh. Bukannya aku nggak mau makan, hanya saja aku lebih suka makan dengan lauk yang banyak dan sedikit nasi, dan harus ada sambalnya. Hehehehe
Gimana capeknya jalan setiap hari dari SKB – tempat kami menginap- sampai ke sekolah yang kata senior jaraknya cuman 200 meter, tapi tau-taunya kami jalan 2 kilo juga belum sampai-sampai. Fiuh
Gimana merindingnya aku ini saat mengetahui penjaga gedung SKB itu ternyata naksir aku. Wow…
Bukannya aku pilih-pilih cowok. Well, mungkin memang tampangnya sedikit membuatku takut dan umurnya jauh di atasku, lebih-lebih saat dia meminta nomor teleponku dan mengajakku kencan, Oh My, Seniorku langsung menyuruhku tidak boleh sendirian di manapun dan usahakan berbicara dengan sopan kepadanya. Saat aku menceritakan kisah ini sama Ima, dia malah menertawaiku habis-habisan.
Gimana aku bisa akrab dengan Budi, teman SMPku, yang semasa SMP kami jarang bertegur sapa, sekarang malah saling ejek keculunan masing-masing.
“Kau lucu sekali, Suci. Apalagi kalo ingat seragam SMPmu itu yang kebesaran. Rok setinggi perut. Culun benar. Hahahah.” Katanya,
Tapi yang lebih menyenangkan, ketika kamu tiba-tiba menghampiriku saat aku ingin meng-SMS mama, kau bilang, “Mau aku bantu SMS?”
Aku mengernyit. Kau datang tiba-tiba dan hanya ingin membantuku mengetik sederet kalimat yang bahkan tidak perlu mengeluarkan tenaga super untuk melakukannya?
“Makasih,” kataku sambil memberikanmu hapeku dan mendiktekan kata-kata yang harus kau ketik, AR.
“Manisnya,” katamu lagi saat mendengar ucapan terima kasihku.
Kalau saja tidak ada orang disitu, aku pasti sudah lompat, AR, asal kau tahu.
Kau masih ingat sewaktu kita dapat giliran piket di hari yang sama, AR. Mungkin kau lupa. Tapi aku tidak bisa melupakannya. Saat aku mencuci piring dan aku menyuruhmu mengambil air di sumur, setelah itu kau menemaniku mencuci piring-piring kotor itu. Ini tidak romantis sama sekali, tapi aku senang bisa mencuci piring bersamamu, sambil mendengar ocehan candamu yang membuatku tertawa, selalu tertawa.
Di malam jujur berani, aku senang bisa bersandar di punggungmu, membiarkan berat badanku bergantung pada tubuhmu. Aku tersentak saat kau juga membalas sandaran tubuhku, sambil membisikiku, “Mau aku bantu SMS lagi?”
Dan di saat kita naik bus untuk pulang ke Makassar, kau mencubit hidungku saat aku tidur, Ima yang bilang kepadaku, kau bahkan mencubit pipiku sampai empat kali. Dan tololnya, aku sama sekali tidak bangun yang menandakan kau bebas berbuat jahil dan tertawa, ya kan?
Kau memang jahil ya, AR. Tapi tidak tahu kenapa, aku menyukainya.
Sekarang, setelah kita pulang dari pelatihan daerah, aku jadi kepikiran kamu terus. Apa-apa kamu. Semuanya kamu. Aku ingin bertemu kamu lagi dan bersandar di punggung kokohmu lagi, AR.
Sampai akhirnya aku mengirimi Rara SMS untuk memberitahuku nomor teleponmu.
Dan Rara membalasnya dengan, “Cie… kangen sama AR ya.”
Aku merasa wajahku berubah panas. Dan aku melihat barisan nomor telepon yang dikirim Rara padaku.
Well, mungkin besok saja aku mengirimimu pesan, AR, sekalian memberiku waktu untuk berpikir kata-kata yang bagus untuk menyapamu.
Sekarang, biarkan aku memasukkan daftar "memikirkanmu" dalam hal-hal yang kusukai.